Sabtu, 29 Juni 2013

Miss You Guys

  Iya benar. gambar yang diatas teman2 saya di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, kelas sepuluh x-4 tepatnya.Banyak pengalaman berharga yang saya dapat dari mereka. Saya juga mengenal lebih banyak sifat dan watak manusia, setelah mengenal mereka tentunya. kami tumbuh bersama, mendewasakan diri, ber-revolusi menjadi anak SMA dan meninggalkan masa SMP tentunya. Meninggalkan sifat kekanak-kanakkan kami walaupun semua butuh proses dan bertahap.
   FYI. When i look this picture. Ketawa-ketiwi tentunya. iya, mereka masih terlihat cupu dan 4l4y. Tapi... sekarang sudah berubah, dari penampilan, cara pemikiran dan yang lainnya.
   
   

    cobaaa... cari aku yang mana??

TIDAK ADA !!! memang foto diatas tidak satu kelas ikutan.

  YaSyudahlah yaaa.. okeh i will introduce her/his name..
mulai kanan ke kiri atas yya..
kiki, dyah, yussi, nina, umi, intan, surya, feri, aldi, ety, sofi.
 


Kamis, 27 Juni 2013

tulisan ini untuk ikut kompetisi @_plotpoint: buku catatan si anak magang film "cinta dalam kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013


   Dimomen kenaikan kelas ini, seperti yang lalulalu Tiwi merapikan meja belajarnya. Iya, mengganti buku pelajaran dengan yang baru tentunya. Tiwi bukan junior (kelassepuluh) atau junior hendak senior(kelassebelas) lagi di sekolahnya. Iya. Dia senior, paling senior malahan. Jangankan diantara adik kelasnya yang siap takut akan ke-judes-an muka Tiwi, tapi diantara teman seangkatannya di kelas dua belas Tiwilah yang paling senior.
                Memang Tiwi pernah mengalami kejadian menyedihkan itu (tidak naik kelas), disaat dunianya bak runtuh, disaat orangtuanya harus menanggung malu akan kejadian itu. semua hal itu terjadi dikarenakan Tiwi GAGAL MOVE ON. Iya. Gagal move on dari mantan gebetannya, hal itulah yang menyebabkan prestasi akademik Tiwi di sekolah menurun karena yang ia ingat bukan rumus tapi, gebetan.
                Tentulah Tiwi tidak akan dan enggan jatuh dikesalahan yang sama. Flashbackpun terjadi ketika Tiwi melihat kardus dipojokan kamarnya.
Perlahan Tiwi mendekati kardus itu. Panas. Panas bak neraka jahannam. Perlahan pula Tiwi membuka kardus itu. Dilihatnya barang-barang yang sepertinya masih bisa digunakan.
Perlahan Tiwi mengambil salah satu barang. Pensil.
Tiba-tiba ingatan akan cerita kenangan bersama sang mantan gebetan melewati tanpa permisi di otak Tiwi. Iya, Tiwi mengingat kanangan itu. Suatu hari, ntah tanggal dan hari apa tepatnya Mr Fatoni (gurumatematikadikelasTiwiyangterkenalkillernya) mengadakan ujian dadakan. Ketika hendak mengambil kotak pensil di tasnya. Tidak ada. Iya kotak pensilnya menghilang. Ups… Tiwi baru mengingatnya, semalam Tiwi membuang kotak pensil itu di tempat sampah, dengan alasan pemberian mantan gebetannya waktu kelas sepuluh, dan tak ingin terus mengingat kenangan itu. Dengan spontan Tiwi mengambil pensil Roy yang pada saat itu tepat duduk dibelakang bangku Tiwi. Roy tersenyum. Maka timbullah benih-benih cinta di hati Tiwi. Besok, esok dan seterusnya Tiwi mengambil pensil Roy, dan lagi-lagi Roy tetap tersenyum. Tiwi semakin mengagumi Roy dan memutuskan untuk menjadikan Roy sebagai GEBETAN barunya. Tiwi menganggap pensil yang ia ambil adalah bentuk perhatian dari Roy. Padahal yang sebenarnya adalah… Roy adalah cowok yang maskulin, macho dan suka berkelahi. TIDAAAK. Senyuman Roy selama ini hanya takut akan ke-judes-an Tiwi. Bukan sebuah perhatian.

Tiwipun memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Roy. Bye, Roy*lempar pensil dalam kardus*
Tiwi menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap ingatan akan Roy segera hilang. Tiwipun segera meletakkan pensil ‘Roy’ dalam kardus. Ketika itu pula Tiwi melihat manik putih, indah nan suci. Tasbih. 

Ingatan Tiwi akan siapa pemberi tasbih tersebutpun meggelinjang. Iya, tasbih itu pemberian mantan gebetan Tiwi (lagi). Habib namanya. Cowok yang bagi Tiwi cool, alim dan sopan.
Saking alimnya Habib pernah memberikan tasbih itu teruntuk Tiwi. Perlakuan yang seperti itu dianggapnya sebuah perhatian yang istimewa. Tiwi mengangkat Habib sebagai gebetannya (lagi). Dan… saking sopannya. Pernah suatu ketika Habib merasa ada yang aneh pada sikap Tiwi terhadapnya. Dengan sesegera mungkin Habib menjelaskan akan apa maksudnya memberi tasbih tersebut.
maaf sebelumnya mbak Tiwi, saya memberikan tasbih itu supaya embak lebih sering berdzikir, mengingat Allah. Karena kuping saya sudah capek mbak denger embak marah-marah mulu dikelas.” Jelas Habib. So, Habibpensiundini.
Sakiiit. Tiwi bergegas meletakkan tasbih itu dalam kardus. Dilihatnya koin emas (limaratusrupiah) yang terletak di dasar kardus.
Dan akhirnya. AAAAAAAAaaaaAAAAaach~
TIWI GAGAL MOVE ON!!!
 

Rabu, 26 Juni 2013

Saat Tak Sengaja Melihatmu, Perkenalan Terjadi



Seperti pagi sebelumnya, Mirna membiarkan mata indahnya memandang luar jendela untuk melihat suasana sekolahnya sembari menunggu bel masuk sekolah tentunya. Maklum la Mirna anak yang rajin mengerjakan pe er di rumah. Pantang bagi Mirna untuk mengerjakannya di sekolah.
                Eh, siapa itu ? kenapa aku baru lihat ya? Anak baru mungkin sama kayak aku. Lamunannya buyar seketika Mirna mendengar suara histeris.
“ aaaaa… kak Marcel, ganteng banget. Sumpah.” Kata Syerli kepada Maura
“eh, syer. Gue udah tau akun twitternya kak Marcel looh, udah follow malahan.” Balas Maura kepada Syerli.
“eh, jahat lu yaaa.. kenapa kagak kasik tau guee..? apa.an cepet mau gue follow nih..” Sahut Syerli dengan kesal kepada Maura sembari mengeluarkan smart phonenya.
                Mirna memperhatikan Maura dan Syerli sejak tadi, semenjak suara Syerli membuyarkan pandangannya pada sesosok mahkluk asing dimata Mirna yang dikiranya anak baru.
Emmbb, namanya Marcel.. kelas dua belas mungkin. Hah twitter? Makhluk apa lagi itu ? akun facebook ajaa aku belum bikin. Batin Mirna
TTEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTT
                Bel tanda masuk sekolah telah berbunyi menemani Marcel menghilang dari mata Mirna yang mencari sosoknya. Pelajaran Fisika dimulai di kelas XI IPA 1, pelajaran yang selalu membuat perut Mirna meronta-ronta mintak diisi, berasa terlalu banyak energy yang digunakan untuk berfikir. Pelajaran fisika kali ini lancar dan seperti hari-hari yang lalu, Mirna mampu menjawab pertanyaan dari bu Il (guru fisika di kelas Mirna). Dilanjut pelajaran Matematika yang juga memeras otak berlebih. Bertambahlah rasa lapar diperut Mirna. Semakin tidak sabar dia menuju ke kantin. Harapan agar bel istirahat segera berbunyipun semakin besar dan menggebu.
Akhirnya bel bunyi juga. Batin Mirna.
                Bang, baksonya bang pake lontong ya sama es jeruknya. Pesan Mirna pada abang penjual bakso di kantin sekolahnya.
                Setelah memesan Mirna bergegas mencari tempat duduk untuk menikmati sarapan keduanya itu. Menikmati bakso mang Ujang. Sendiri. Ya! Sendirian. Ntah, kenapa sampai sekarang Mirna masih belum memiliki teman. Mirnapun memikirkan hal itu dengan melamun tentunya. Tiba-tiba ada suara yang membuyarkan lamunannya.
“permisi, boleh gabung makan disini? Meja lain penuh.” Pinta suara asing
“eh, em, yaa silahkan.” Jawab Mirna dengan ramah dengan senyum khas nan indah dibibirnya
“gue Marcel XII IPB, anak baru yya? Baru keliatan? ” Tanya suara aneh itu
“Mirna, iya baru semingguan sekolah disini.” Jawab Mirna yang sebenarnya sudah tahu siapa nama suara asing itu. Marcel.
Perbincangan mereke terhenti, perkenalan mereka hanya sampai mengenal nama karena keduanya ingin menikmati makanan yang merengek untuk dimakan. Mirna merasakan hal yang aneh di dadanya. Dag dig dug.
                Mirna melihat sekelilingnya. Baru tersadar ia akan banyak mata yang melihat ke arahnya dengan pandangan aneh tentunya, banyak bibir yang sepertinya mencibirnya. Tak sengaja ia mendengar “ siapa sihh itu, uda gendut cupu pula berani2nya ndeketin si Marcel, gue aja primadona sekolah ini sering dicuekin sama dia. Huh !!! “
Sakit. Sakiiit banget Mirna mendengar perkataan itu. Tapi Mirna memaklumi hal itu, ya gendut-cupu itulah Mirna.
“emmbb, kak aku udahan makannya balik ke kelas dulu ya. Udah mau bel juga.” Kata Mirna pamit, walaupun ia tahu, ia bukan siapa2 dan siap untuk dicuekin Marcel.
“eh, iyaa.” Jawab Marcel.
Mirna kaget mendengar jawaban itu. Sontak ia tersenyum dengan pipi yang merah merona. Shy.
                “Eh, Mirna lu kenal sama kak Marcel? Sejak kapan? Atauuu ada hubungan saudara? Kenalin gue sama dia dong… plisss.” Sapa Syerli pada Mirna yang baru saja melewati pintu kelasnya.
“hah? Kak Marcel? “  jawab Mirna yang terheranheran akan tingkah Syerli
“iyaaa.. dia. “
“memangnya kak Marcel itu siapa sih ? “ tanya Mirna
“ iih! Lu itu gak tau apa pura-pura gak tau sihh. Nohh! Liat ke arah lapangan sana! “
Mirna menganga. Dia melihat betapa kerennya Marcel menggocek bola dikakinya. Hal yang tadi, ketika makan dikantin terjadi lagi. Iya! Dag Dig Dug itu muncul lagi.
“ Hellooo.. Mirna !!! lu belum jawab pertanyaan gue? “ sahut Syerli yang membuyarkan pandangan Mirna pada Marcel.
“ eh, aku, eh aku baru kenal tadi di kantin. Waktu makan. “ jawab Mirna dengan lugu.
“Apah?! Lu makan sama Marcel di kantin? Seriusan? Iihhhh…. beruntung banget sih lu. Ntar pulang bareng gue ya.”  Sahut Syerli dengan shocknya sembari meninggalkan Mirna yang masih terheran-heran akan perlakuan dia yang mendadak baik.