Kamis, 27 Juni 2013

tulisan ini untuk ikut kompetisi @_plotpoint: buku catatan si anak magang film "cinta dalam kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013


   Dimomen kenaikan kelas ini, seperti yang lalulalu Tiwi merapikan meja belajarnya. Iya, mengganti buku pelajaran dengan yang baru tentunya. Tiwi bukan junior (kelassepuluh) atau junior hendak senior(kelassebelas) lagi di sekolahnya. Iya. Dia senior, paling senior malahan. Jangankan diantara adik kelasnya yang siap takut akan ke-judes-an muka Tiwi, tapi diantara teman seangkatannya di kelas dua belas Tiwilah yang paling senior.
                Memang Tiwi pernah mengalami kejadian menyedihkan itu (tidak naik kelas), disaat dunianya bak runtuh, disaat orangtuanya harus menanggung malu akan kejadian itu. semua hal itu terjadi dikarenakan Tiwi GAGAL MOVE ON. Iya. Gagal move on dari mantan gebetannya, hal itulah yang menyebabkan prestasi akademik Tiwi di sekolah menurun karena yang ia ingat bukan rumus tapi, gebetan.
                Tentulah Tiwi tidak akan dan enggan jatuh dikesalahan yang sama. Flashbackpun terjadi ketika Tiwi melihat kardus dipojokan kamarnya.
Perlahan Tiwi mendekati kardus itu. Panas. Panas bak neraka jahannam. Perlahan pula Tiwi membuka kardus itu. Dilihatnya barang-barang yang sepertinya masih bisa digunakan.
Perlahan Tiwi mengambil salah satu barang. Pensil.
Tiba-tiba ingatan akan cerita kenangan bersama sang mantan gebetan melewati tanpa permisi di otak Tiwi. Iya, Tiwi mengingat kanangan itu. Suatu hari, ntah tanggal dan hari apa tepatnya Mr Fatoni (gurumatematikadikelasTiwiyangterkenalkillernya) mengadakan ujian dadakan. Ketika hendak mengambil kotak pensil di tasnya. Tidak ada. Iya kotak pensilnya menghilang. Ups… Tiwi baru mengingatnya, semalam Tiwi membuang kotak pensil itu di tempat sampah, dengan alasan pemberian mantan gebetannya waktu kelas sepuluh, dan tak ingin terus mengingat kenangan itu. Dengan spontan Tiwi mengambil pensil Roy yang pada saat itu tepat duduk dibelakang bangku Tiwi. Roy tersenyum. Maka timbullah benih-benih cinta di hati Tiwi. Besok, esok dan seterusnya Tiwi mengambil pensil Roy, dan lagi-lagi Roy tetap tersenyum. Tiwi semakin mengagumi Roy dan memutuskan untuk menjadikan Roy sebagai GEBETAN barunya. Tiwi menganggap pensil yang ia ambil adalah bentuk perhatian dari Roy. Padahal yang sebenarnya adalah… Roy adalah cowok yang maskulin, macho dan suka berkelahi. TIDAAAK. Senyuman Roy selama ini hanya takut akan ke-judes-an Tiwi. Bukan sebuah perhatian.

Tiwipun memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Roy. Bye, Roy*lempar pensil dalam kardus*
Tiwi menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap ingatan akan Roy segera hilang. Tiwipun segera meletakkan pensil ‘Roy’ dalam kardus. Ketika itu pula Tiwi melihat manik putih, indah nan suci. Tasbih. 

Ingatan Tiwi akan siapa pemberi tasbih tersebutpun meggelinjang. Iya, tasbih itu pemberian mantan gebetan Tiwi (lagi). Habib namanya. Cowok yang bagi Tiwi cool, alim dan sopan.
Saking alimnya Habib pernah memberikan tasbih itu teruntuk Tiwi. Perlakuan yang seperti itu dianggapnya sebuah perhatian yang istimewa. Tiwi mengangkat Habib sebagai gebetannya (lagi). Dan… saking sopannya. Pernah suatu ketika Habib merasa ada yang aneh pada sikap Tiwi terhadapnya. Dengan sesegera mungkin Habib menjelaskan akan apa maksudnya memberi tasbih tersebut.
maaf sebelumnya mbak Tiwi, saya memberikan tasbih itu supaya embak lebih sering berdzikir, mengingat Allah. Karena kuping saya sudah capek mbak denger embak marah-marah mulu dikelas.” Jelas Habib. So, Habibpensiundini.
Sakiiit. Tiwi bergegas meletakkan tasbih itu dalam kardus. Dilihatnya koin emas (limaratusrupiah) yang terletak di dasar kardus.
Dan akhirnya. AAAAAAAAaaaaAAAAaach~
TIWI GAGAL MOVE ON!!!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar