Dimomen kenaikan kelas ini, seperti yang lalulalu Tiwi
merapikan meja belajarnya. Iya, mengganti buku pelajaran dengan yang baru
tentunya. Tiwi bukan junior (kelassepuluh) atau junior hendak senior(kelassebelas)
lagi di sekolahnya. Iya. Dia senior, paling senior malahan. Jangankan diantara
adik kelasnya yang siap takut akan ke-judes-an muka Tiwi, tapi diantara teman
seangkatannya di kelas dua belas Tiwilah yang paling senior.
Memang
Tiwi pernah mengalami kejadian menyedihkan itu (tidak naik kelas), disaat
dunianya bak runtuh, disaat orangtuanya harus menanggung malu akan kejadian
itu. semua hal itu terjadi dikarenakan Tiwi GAGAL MOVE ON. Iya. Gagal move on
dari mantan gebetannya, hal itulah yang menyebabkan prestasi akademik Tiwi di
sekolah menurun karena yang ia ingat bukan rumus tapi, gebetan.
Tentulah
Tiwi tidak akan dan enggan jatuh dikesalahan yang sama. Flashbackpun terjadi ketika Tiwi melihat kardus dipojokan
kamarnya.
Perlahan Tiwi mendekati kardus itu.
Panas. Panas bak neraka jahannam. Perlahan pula Tiwi membuka kardus itu. Dilihatnya barang-barang yang sepertinya masih bisa digunakan.
Perlahan Tiwi mengambil salah satu barang.
Pensil.
Tiba-tiba ingatan akan cerita
kenangan bersama sang mantan gebetan melewati tanpa permisi di otak Tiwi. Iya,
Tiwi mengingat kanangan itu. Suatu hari, ntah tanggal dan hari apa tepatnya Mr
Fatoni (gurumatematikadikelasTiwiyangterkenalkillernya) mengadakan ujian
dadakan. Ketika hendak mengambil kotak pensil di tasnya. Tidak ada. Iya kotak
pensilnya menghilang. Ups… Tiwi baru
mengingatnya, semalam Tiwi membuang kotak pensil itu di tempat sampah,
dengan alasan pemberian mantan gebetannya waktu kelas sepuluh, dan tak ingin
terus mengingat kenangan itu. Dengan spontan Tiwi mengambil pensil Roy yang
pada saat itu tepat duduk dibelakang bangku Tiwi. Roy tersenyum. Maka timbullah
benih-benih cinta di hati Tiwi. Besok, esok dan seterusnya Tiwi mengambil
pensil Roy, dan lagi-lagi Roy tetap tersenyum. Tiwi semakin mengagumi Roy dan
memutuskan untuk menjadikan Roy sebagai GEBETAN barunya. Tiwi menganggap pensil
yang ia ambil adalah bentuk perhatian dari Roy. Padahal yang sebenarnya adalah…
Roy adalah cowok yang maskulin, macho dan suka berkelahi. TIDAAAK.
Senyuman Roy selama ini hanya takut akan ke-judes-an Tiwi. Bukan sebuah
perhatian.
Tiwipun memutuskan mengakhiri
hubungannya dengan Roy. Bye, Roy*lempar
pensil dalam kardus*
Tiwi menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap ingatan
akan Roy segera hilang. Tiwipun segera meletakkan pensil ‘Roy’ dalam kardus. Ketika
itu pula Tiwi melihat manik putih, indah nan suci. Tasbih.
Ingatan Tiwi akan siapa pemberi
tasbih tersebutpun meggelinjang. Iya, tasbih itu pemberian mantan gebetan Tiwi
(lagi). Habib namanya. Cowok yang bagi Tiwi cool, alim dan sopan.
Saking alimnya Habib pernah memberikan tasbih itu teruntuk
Tiwi. Perlakuan yang seperti itu dianggapnya sebuah perhatian yang istimewa.
Tiwi mengangkat Habib sebagai gebetannya (lagi). Dan… saking sopannya. Pernah
suatu ketika Habib merasa ada yang aneh pada sikap Tiwi terhadapnya. Dengan
sesegera mungkin Habib menjelaskan akan apa maksudnya memberi tasbih tersebut.
“maaf sebelumnya mbak Tiwi, saya memberikan tasbih itu supaya embak
lebih sering berdzikir, mengingat Allah. Karena kuping saya sudah capek mbak
denger embak marah-marah mulu dikelas.” Jelas Habib. So, Habibpensiundini.
Sakiiit. Tiwi bergegas meletakkan
tasbih itu dalam kardus. Dilihatnya koin emas (limaratusrupiah) yang terletak
di dasar kardus.
Dan akhirnya. AAAAAAAAaaaaAAAAaach~
TIWI GAGAL MOVE
ON!!!



Tidak ada komentar:
Posting Komentar